Fritz Haber, Patriot Jerman yang Berakhir Tragis

“Saya percaya disaat damai, seorang ilmuwan melayani dunia, Namun disaat perang, seorang ilmuwan akan melayani negaranya”. Itulah perkataan yang paling terkenal dari Fritz Haber, Fritz adalah seorang ilmuwan yang penemuannya berhasil meningkatkan produksi pertanian secara signifikan. Berkan penemuannya umat manusia terhindari dari bencana kelaparan bahkan hingga sekarang. Sekalipun demikian, pada tahun 1914 terlepas dari segala kemajuan yang dimiliki oleh umat manusia, perang dunia tetap akan terjadi dan Fritz akan segera menemukan pekerjaan barunya.

Pada abad ke 20 negara-negara maju di Eropa sudah begitu cembung satu sama lain yang membuat terjadinya konflik. Inggris yang sudah lama menyandang  gelar sebagai negara adidaya mulai terusik oleh kawan lamanya. Bagaikan Uni Soviet dan Amerika dalam perang dingin, Inggris dan Jerman yang dulu pernah sangat mesra, perlahan berubah menjadi rival. Baik Inggris maupun Jerman pada dasarnya memiliki banyak kemiripan, keduanya sama-sama maju dalam berbagai bidang seperti pengetahuan teknologi dan kapasitas industri.

Sekalipun memiliki banyak kemiripan pada dasarnya Inggris tetap melampaui Jerman. Terlebih dalam hal akses sumber daya yang ia peroleh dari wilayah kekaisarannya, suatu kemewahan yang tidak dimiliki oleh Jerman. Dalam berbagai peperangan, Inggris yang berkuasa atas lautan seakan memegang kunci. Siapapun yang melawannya harus siap menghadapi blokade lautnya, ia memutuskan akses sumber daya dan ekonomi dari negara-negara yang menjadi lawannya.

Sebelum perang dunia pertama, sekitar 38% dari total kebutuhan pangan yang dikonsumsi oleh Jerman dipenuhi dengan cara import. Demikian juga untuk sektor pertanian, dimana kebutuhan akan pupuk nitrogen sebagian besar masih bergantung pada Chille. Ketika perang dunia pertama terjadi, Jerman harus menghadapi embargo laut dari royal navy Inggris. Embargo tersebut memutuskan akses sumber daya yang sangat dibutuhkan oleh Jerman untuk memenuhi kebutuhan pangan dan industrinya. Inggris sudah membayangkan bahwa Jerman akan segera mengalami krisis pangan dan bahan baku industri, lemudian Jerman akan menyerah.

Awal Mula Karir Fritz Haber, Sang Bapak Perang Kimia

Namun sejarah berkata lain, akibat kemajuan IPTEK serta penemuan dari Fritz Haber. Jerman mampu menggantikan berbagai kebutuhan pangan dan militernya. Karena selain untuk membuat pupuk, Haber Proces juga dapat digunakan untuk memproduksi bahan peledak dan amunisi. Setelah pertempuran berlangsung cukup lama, kedua pihak sama-sama terlibat dalam perang parit. Jerman sadar, ia tidak mungkin menang dalam perang melawan sekutu. Terobosan jelas dibutuhkan agar Jerman dapat memenangkan perang ini. Namun bagaimana menemukan terobosan ini?.

Bagi Jermanm tentu saja dengan berbagai kemajuan ilmu pengetahuannya. Oleh karenanya, Jerman memperkerjakan Fritz sebagai kepala bidang kimia di kementrian perangnya. Fritz dan rekannya mendapatkan tugas baru, yaitu memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan sebagai senjata untuk mengalahkan musuh Jerman, mirip seperti Einsten pada PD 2.

Sebagai seorang ilmuwan sekaligus patriot Fritz percaya, kematian adalah kematian, tidak peduli apa yang menyebabkannya dan bagaimana prosesnya. Ia percaya, penggunaan senjata kimia, perpotensi untuk mempersingkat jalannya peperangan sekaligus membuat Jerman mampu mencapai kemenangan. Baginya perang yang lebih singkat sama artinya dengan menyelamatkan lebih banyak orang yang tidak sempat bergabung dalam perang ini.

Pada awalnya Jerman justru kesulitan dalam menemukan perwira yang ingin mencoba senjata buatan Fritz karena meragukan senjata baru ini. Namun pada pertempuran Ypres yang kedua, dibawah pengawasan Fritz untuk pertama kalinya sambil mengucapkan tuhan menghukum Inggris. Jerman menggunakan lebih dari 150 ton gas beracun di fron barat. Dalam pertempuran itu sekitar 70.000 pasukan sekutu menjadi korbannya. Korban yang selamat juga mengalami gangguan kesehatan sehingga tidak mampu bertempur lagi.

Pada tanggal 2 mei, Fritz kembali ke rumahnya untuk merayakan keberhasilan atas penemuannya itu. Keesokan harinya ia akan segera pergi ke fron timur untuk  mengawasi serangan gas beracun lainnya. Istrinya yang juga merupakan ilmuwan jenius terus mencegah suaminya dalam memanfaatkan kejeniusannya untuk membunuh dan melukai orang lain. Ketika Fritz tetap pada pendiriannya, Ia memutuskan untuk mengakhiri hidupnya dengan menembakkan dirinya sendiri menggunakan pistol yang dimiliki oleh suaminya.

Kematian istrinya tidak mengubah pendirian Fritz, dikemudian hari ia bahkan mengembangkan gas beracun yang lebih berbahaya dari sebelumnya. Namun, terlepas dari semua usahanya, Jerman tetap kalah pada perang dunia pertama. Kekalahan ini sangat memukul Fritz, ia bahkan menyatakan akan membayar ganti rugi perang dari Jerman.

Kebangkitan Hitler dan partai Nazi di Jerman membuat kehidupan Fritz semakin sulit. Walaupun ia merupakan seorang ilmuwan yang sangat berjasa dan mencintai Jerman, Dimata Nazi ia tetap merupakan seorang Yahudi. Terdesak oleh situasi, Fritz terpaksa pindah dari Jerman dan tinggal di Inggris.

Disana ia bertemu dengan rivalnya Chaim Weizmann, berbeda dengan Fritz, Weizmann merupakan seorang pemimpin Zionist yang kelak akan menjadi presiden pertama Israel. Weizmann menawarkan Fritz sebagai kepala dari institut sains Daniel Sieff. Tawaran itu diterima, namun tidak lama setelah itu, Fritz meninggal di Swiss karena gagal jantung dalam perjalanannya ke Israel.