Kondisi Gunung Bromo Terbaru, Pemulihan Hingga 5 Tahun

Baru-baru ini kondisi Gunung Bromo sangat memprihatinkan semenjak tragedi tak terduga pada 31 Agustus 2023 lalu. Tragedi ini berawal dari kegiatan dua sejoli yang tengah melakukan foto prewedding dengan menggunakan flare (alat yang mengeluarkan api).

Hal tersebut diduga memicu kebakaran hutan dan lahan pada area bromo tersebut. api yang awalnya kecil perlahan melebar dan membakar semakin banyak lahan. Hanya saja memang belum bisa dipastikan terkait penyebab utama dari tragedi ini.

Tidak berhenti di situ, kebakaran juga terjadi lagi pada tanggal 1 September 2023 pada pukul 9 malam. Kebakaran kali ini terjadi pada bagian sabana Kaldera Tengger. Lokasi tersebut merupakan destinasi wisata Bromo Tengger Semeru

Dari kejadian tersebut, kemungkinan bencana alam ini juga sedikit banyak dipengaruhi oleh musim kemarau berkepanjangan. Sehingga menyebabkan vegetasi pada kawasan TNBTS mengering akibat adanya fenomena frost atau embun upas.

Membutuhkan 5 Tahun untuk Pulih

Melihat kondisi Gunung Bromo saat ini, Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru menjelaskan bahwa pemulihannya akan cukup lama. Menurut mereka, setidaknya membutuhkan waktu tiga sampai lima tahun untuk bisa pulih seperti semula kembali.

Hal tersebut karena membutuhkan periode panjang agar pepohonan asli di sana bisa tumbuh secara optimal. Misalnya seperti pohon cemara gunung, kesek, tutup, pasang, yang terkena dampak dari bencana tersebut dan membutuhkan waktu untuk tumbuh kembali.

Selain itu, proses pemulihan ekosistem akibat karhutla ini memerlukan setidaknya tiga mekanisme berdasarkan penjelasan dari Hendro. Mekanisme pertama adalah pemulihan secara alami. Apalagi pada area savana (padang rumput).

Kemudian untuk mekanisme pemulihan kedua adalah dengan melakukan rehabilitasi melalui penanaman pohon kembali. Sedangkan mekanisme pemulihan ketiga adalah dengan melakukan restorasi atau upaya mengembalikan unsur hayati.

Anggaran untuk pemulihan kondisi Gunung Bromo diperkirakan mencapai Rp 3,5 miliar. Anggaran tersebut sudah termasuk upaya pemulihan ekosistem pada kawasan sekitarnya.

Kondisi Memprihatinkan, Pendapatan Negara Turun 40 Persen

Informasi mengenai penurunan pendapatan negara ini dijelaskan oleh Adyatama Kepariwisataan dan Ekonomi Kreatif Ahli Utama Kemenparekraf, Nia Niscaya. Berdasarkan penuturannya, penutupan Bromo akibat karhutla menyebabkan PNBP turun 40 persen.

Penurunan Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP) ini dibandingkan dengan PNBP kawasan tersebut pada 2022 lalu. Informasi tersebut disampaikan melalui program The Weekly Brief with Sandi Uno di Gedung Sapta Pesona dalam bahasan kondisi Gunung Bromo terbaru.

PNBP di tahun 2022 sendiri mencapai Rp 11,65 miliar. Adapun penurunan terjadi diperkirakan karena terhentinya sektor pariwisata dan ekonomi kreatif. Sehingga pendapatan negara dari kawasan tersebut menjadi ikut menurun.

Penutupan juga berdampak pada tingkat hunian kamar di sana. Bahkan angka penurunan untuk hunian kamar mencapai 80 persen. Jasa pemandu, jip, makanan, dan minuman yang dikelola masyarakat setempat juga turut terkena dampaknya.

Nia juga sempat berkomunikasi secara langsung dengan salah satu pelaku usaha di sana. Berdasarkan informasi dari mereka, memang benar mereka juga merasakan secara langsung dari kondisi Gunung Bromo saat ini.

Beberapa juga mendapatkan total lima pembatalan wisatawan mancanegara yang berasal dari Malaysia dan Singapura. Sempat berusaha memberikan tawaran untuk mengalihkan tur wisata ke Malang, tetapi para wisatawan mancanegara tersebut menolaknya.

Sehingga bisa dibayangkan jika hal seperti ini harus berlangsung selama tiga sampai lima tahun. Meskipun memang kawasan wisata sudah mulai dibuka sejak 19 September lalu. Tetapi, penurunan kunjungan tetap tidak bisa terelakan.

Besar Kerugian dari Kondisi Gunung Bromo Saat Ini

Masih dari Nia Niscaya, dirinya menyebutkan dalam konferensi pers di Kantor Kemenparekraf bahwa besarnya kerugian dihitung dari dua dimensi. Yaitu tidak adanya pemasukan dari tiket wisata dan juga dari pengeluaran wisatawan saat mengunjunginya.

Jika dirinci, Gunung Bromo bisa menghasilkan Rp 121 juta dalam sehari melalui penjualan tiket masuk. Adapun untuk pengeluaran pengunjung ketika berwisata di sana juga lumayan besar, yaitu bisa mencapai Rp 6,7 miliar per hari.

Sehingga selama 13 hari penutupan, besar kerugian dari kondisi Gunung Bromo karena kebakaran hutan dan lahan mencapai Rp 89,7 miliar. Nia juga mengatakan bahwa total kerugian tersebut diperoleh melalui perhitungan berdasarkan empat variabel.

Empat variabel tersebut di antaranya adalah jumlah kunjungan per hari, harga tiket masuk destinasi sesuai kategori seperti lokal atau asing. Kemudian juga dilihat dari jumlah pengeluaran wisatawan saat berkunjung dan waktu penutupan Taman Nasional.

Sehingga bisa disimpulkan bahwa kerugiannya sangatlah besar dan tidak heran jika PNBP juga terkena dampaknya. Oleh karena itu, dibukanya kembali area wisata juga merupakan sebuah harapan bahwa masalah ini bisa segera selesai dan Bromo pulih seperti sedia kala.

Pembahasan mengenai kondisi Gunung Bromo di atas sedikit banyak akan membuka banyak pasang mata akan kepedulian terhadap sekitar. Jangan sampai kecerobohan karena kesenangan pribadi semata menyebabkan kerugian bagi banyak pihak di luar sana.