Jatuhnya Kekaisaran Rusia dan Kebangkitan Komunisme

Siapa yang tidak pernah mendengar kata komunisme, ideologi yang menjadi rival utama bagi kapitasilme barat pada masa terjadinya perang dingin. Komunisme menjadi label yang sangat mengerikan bagi berbagai negara di dunia tidak terkecuali Indonesia khususnya pada masa orde baru. Di Indonesia mereka yang mendapat label tersebut seringkali disangkakan artinya dengan penghianat negara yang sudah seharusnya dikucilkan dalam kehidupan bermasyarakat.

Seperti itulah intensitas dari perlombaan ideologi pada masa perang dingin dimana kedua pihak saling berjuang menggunakan berbagai cara untuk memperluas pengaruh dan kedudukannya. Pada abad ke 18, sejarah dipenuhi dengan berbagai kejadian menarik. Bagaimana tidak, pada saat itu dunia mengalami 3 revolusi besar yaitu revolusi Amerika, revolusi industri, dan revolusi Prancis.

Selama berabad-abad, Eropa diperintah dengan sistem monarki absolut. Namun hal itu mulai berubah sejak terjadinya revolusi Prancis dan kemunculan Napoleon Bonaparte dengan kejeniusan militernya. Revolusi itu berhasil menjatuhkan monarki Prancis dan kemudian memaksa monarki Belanda untuk kabur. Serta membuat Eropa jatuh kedalam era Napoleonic, kemenangan kubu revolusi Prancis mengejutkan berbagai pihak yang merasa kepemimpinan monarki absolut akan segera berakhir dan digantikan dengan trend baru kepemimpinan republik.

Namun pada akhirnya Napoleon sang pejuang demokrasi, juga mengangkat dirinya sebagai kaisar Prancis yang membuatnya tidak jauh berbeda dengan para pemimpin Eropa lainnya. Singkat cerita Napoleon akhirnya kalah dan kekaisaran Rusia tampil sebagai salah satu pemenangan. Rusia yang percaya akan kemampuan militernya justru menganut kebijakan ekspansionis dengan menyerang ke arah selatan yaitu kesultanan Turki.

Setelah kalah akibat kebijakan ekspansionisnya itu, pemimpin Rusia yang baru, Tsar Alexander II mewarisi berbagai kesulitan dari para pemimpin sebelumnya. Ia berusaha menekan berbagai gerakan anti pemerintah dengan serangkaian kebijakan liberal. Membebaskan budak di seluruh Rusia dan mengizinkan penggunaan budaya dan bahasa lokal di berbagai wilayah jajahan Rusia adalah usahanya.

Sekalipun demikian, kelompok revolusi yang bernama kehendak rakyat percaya kebijakan itu masih kurang maksimal. Oleh karenanya, mereka terus berusaha untuk membunuhnya, 13 maret 1881, Tsar Alexander II berhasil terbunuh. Hal ini membuat penerusnya menganggap kebijakan liberal sebagai salah satu kompromi yang tidak ada gunanya, mereka pun akhirnya memerintah dengan tangan besi.

Menjelang terjadinya perang dunia pertama, kekaisaran Rusia diperintah oleh Tsar Nicholas II yang naik tahta pada november 1894. Pada masa pemerintahannya, kekaisaran Rusia mengalami perkembangan yang cukup pesat dibidang ekonomi dan industri. Hal ini disebabkan oleh berbagai fakto seperti meningkatnya investasi asing maupun program-program pembangunan infrastruktur seperti rel kereta api.

Tahun 1905, terjadi 2 kejadian yang akan merubah sejarah dari kekaisaran Rusia untuk selamanya. Yang pertama adalah kekalahan Rusia melawan Jepang yang kemudian disusul dengan terjadinya bloody sunday. Menghadapi berbagai permasalahan itu, para pemimpin Rusia terpaksa mengambil berbagai kebijakan baru untuk mengatasinya. Salah satunya adalah membentuk badan perwakilan rakyat yang dikenal sebagai Duma.

Dibentuknya Duma berhasil menjaga stabilitas politik di kekaisaran Rusia, setidaknya untuk sementara waktu. Sekalipun demikian, pada dasarnya Tsar Nicholas II adalah pemimpin konservatif yang percaya bahwa kekuasaan tertinggi harus dipegang oleh dirinya. Hal inilah yang mempengaruhi cara pandangnya terhadap Duma yang ia anggap sebagai penghalang. Padahal keberadaan perwakilan rakyat dapat membantunya dalam memahami dan menyelsaikan berbagai masalah di kekaisaran Rusia.

Awal Keruntuhan Kekaisaran Rusia dan Bangkitnya Komunisme

Tidak heran jika pada masa pemerintahannya, Tsar Nicholas II terkenal dengan berbagai kebijakan yang membatasi berbagai bentuk kebebasan baik dalam hal budaya maupun agama. Terbunuhnya pangeran Franz Ferdinand membuat dunia segera jatuh dalam perang besar dengan skala yang belum pernah dicapai sebelumnya. Kekaisaran Rusia segera memobilisasi pasukan-pasukannya untuk melindungi sekutunya Serbia. Uniknya baik Jerman maupun Austria, keduanya memandang lemah kemampuan militer Rusia yang karena luas wilayahnya membutuhkan waktu yang lebih lama untuk memobilisasi kekuatan militernya.

Namun karena keberhasilan Rusia dalam membangun infrastruktur serta kebijakannya menjalankan mobilisasi lebih awal, Rusia berhasil mempercepat mobilisasi militernya. Hasilnya, sebelum Jerman mampu mengalahkan musuh-musuhnya di fron barat dan juga sebelum Austria Hungaria siap berperang. Rusia berhasil melancarkan serangan lebih awal, pasukan Rusia yang dikerahkan saat itu merupakan pasukan terbaik dari segi persenjataan. Tidak mengherankan jika militer Rusia berhasil menembus berbagai pertahanan yang dibangun oleh pasukan fraksi sentral.

Hal ini segera membuat musuh-musuhnya panik khususnya Jerman. Pada dasarnya Jerman ingin memprioritaskan pasukannya di fron barat. Setelah menang di fron barat baru kemudian memindahkan kekuatan ke fron timur. Namun faktor itu membuatnya harus merubah rencana awalnya demi melindungi wilayahnya dari Rusia. Hal ini memaksa Jerman untuk memindahkan pasukannya dari fron barat untuk bertempur di fron timur.

Pada pertempuran Tannenberg, Jerman berhasil menghancurkan pasukan utama dari Rusia lengkap dengan perlengkapannya. Sekalipun telah kehilangan pasukan utamanya, dengan wilayahnya yang begitu luas, Rusia tetap tidak mau menyerah. Berbagai rencana dan senjata mutakhir Jerman sudah dikeluarkan, namun itu semua gagal membuat Rusia untuk menyerah. Bukan hanya tidak menyerah, Rusia bahkan melancarkan serangan besar-besaran yang hampir mengalahkan pasukan Austria Hungaria.

Alhasil militer Jerman menggunakan Carl Max dan komunisme sebagai senjata untuk menghadangnya. Jerman menghubungi Vladimir Lenin yang pada saat itu masih tinggal di Swiss. Jerman memintanya untuk kembali ke Rusia lengkap dengan dukungan finansial dari kapitalis Jerman. Apakah tugasnya?, tentu untuk menghancurkan kekaisaran Rusia secara internal dengan revolusi komunis.

Masyarakat Rusia yang sudah sangat menderita karena perang yang berlarut-larut semakin terpengaruh propaganda komunis yang menjanjikan damai, tanah dan roti. Hal ini membuat kedudukan pemerintah semakin tidak populer, pada akhirnya Tsar diturunkan pada bulan Maret 1917. Kemudian bulan oktober Lenin berhasil mengambil kepemimpinan pemerintahan Rusia.

Kejadian itu membuat Rusia resmi mundur dari perang, sekalipun Rusia telah mundur, fraksi sekutu berhasil mendapat penggantinya yaitu Amerika. Hal itulah yang membuat fraksi sentral pada akhirnya tetap kalah. Rusia sendiri jatuh pada perang saudara yang membaginya menjadi 2 kubu, para pendukung komunis dan pendukung Tsar. Pada akhirnya pendukung komunis tetap menang dan kisah kebangkitan Uni Sofiet akan segera dimulai.