Jika Indonesia Gabung BRICS, Ini Keuntungan dan Kerugiannya
Jika Indonesia gabung BRICS, akan ada keuntungan maupun kerugian tersendiri. Pemerintah sendiri masih mempertimbangkan apakah akan bergabung atau tidak. BRICS ialah aliansi dagang 5 negara berkembang, yakni Brazil, Rusia, India, China dan Afrika Selatan. Banyak negara yang dikabarkan hendak bergabung, termasuk Indonesia.
Meski banyak keuntungan yang ditawarkan apabila bergabung menjadi anggota BRICS, ada 2 hal yang harus menjadi pertimbangan Indonesia, yaitu :
- Penilaian secara menyeluruh terhadap dampak ekonomi- politik yang akan muncul serta ketidakpastian politik global.
- Memiliki gambaran yang jelas mengenai BRICS kedepannya, apakah bisa di manfaatkan sebagai wadah dalam memperluas pengaruh negara di tingkat internasional.
Jika Indonesia Gabung BRICS, Ini Keuntungan dan Kerugiannya
BRICS punya peran cukup besar dalam perekonomian global, bahkan telah melampaui Grup of 7 (G7). G7 ini berisi negara maju, diantaranya ialah Amerika Serikat, Inggris, Kanada, Jerman, Prancis, Italia dan Jepang.
Karena pentingnya peran organisasi ini, dibutuhkan pertimbangan cermat sebelum bergabung. Ini dia beberapa keuntungan atau kerugian yang mungkin didapatkan jika Indonesia gabung BRICS.
-
Mempengaruhi Hubungan dengan Negara Barat
Salah satu dampak jika bergabung dengan aliansi dagang 5 negara berkembang, akan mempengaruhi hubungan ekonomi pada negara barat. Mengingat Indonesia termasuk salah satu kekuatan ekonomi global. Hal tersebut dibuktikan dengan tergabungnya Indonesia di G20 dan punya pengaruh pada area ASEAN.
Jadi, nantinya akan mengentalkan perlawanan ekonomi pada negara barat. Aliansi dagang tersebut akan menjadi antitesa kerja sama blok barat. Mengingat anggotanya memiliki kesepahaman yang sama mengenai hegemoni ekonomi dunia barat. Awal mula pembentukan BRICS sendiri ialah sebagai alternatif di tengah kekuatan ekonomi hegemoni barat.
Aliansi dagang tersebut menjadi alternatif terkait dominasi Barat di tatanan global. Jadi, sebelum memutuskan untuk benar-benar bergabung, harus dilakukan pertimbangan secara cermat. Sebab, pasti akan berpengaruh pada hubungan bilateral dengan AS dan negara Eropa.
-
Alternatif Pembiayaan
Keuntungan jika Indonesia gabung BRICS salah satunya ialah mendapatkan akses alternatif pembiayaan. Karena adanya New Development Bank dari aliansi dagang tersebut. New Development Bank bisa memberikan alternatif pembiayaan yang bunganya terjangkau. Jadi, boleh memanfaatkannya untuk membiayai infrastruktur maupun transisi energi.
Bahkan, mungkin saja memperoleh kesempatan mengikuti debt forgiveness atau penghapusan utang. Mengingat Indonesia punya banyak uang, khususnya ke China. Aliansi dagang ini juga mengembangkan inisiatif, salah satunya Cadangan Kontingensi Keuangan (CRA).
Hal tersebut akan menjadi dukungan pembangunan infrastruktur maupun menguatkan stabilitas keuangan negara anggota. Akan tetapi, New Development Bank ini masih perlu dikritisi. Karena, posisinya tidak sekuat perbankan dunia seperti Asian Development Bank. Jadi, tidak bisa langsung mengandalkannya sebagai pendanaan tanpa pertimbangan.
-
Kerja Sama Ekspor
Keuntungan lain jika Indonesia gabung BRICS ialah membuka peluang kerja sama ekspor. Aliansi dagang ini senantiasa mengutamakan kepentingan anggotanya. Menjadikan anggota lebih punya peran dalam pengambilan keputusan global.
Jadi, apabila Indonesia turut bergabung, akan membuka kesempatan kerja sama ekspor ke beragam negara anggota. Misalnya saja India, China dan Brazil. BRICS sendiri termasuk kekuatan ekonomi yang anggotanya sudah menjadi mitra dagang potensial bagi Indonesia. Jadi, apabila bergabung di dalamnya, akan semakin mendukung ekspor.
Perdagangan dalam aliansi dagang ini tentu berbeda dengan ASEAN, APEC maupun G20. Karena pasarnya lebih luas hingga ke Afrika. Bahkan, mungkin saja sampai ke Amerika Latin. Indonesia juga dapat menyebutnya sebagai perluasan pasar nontradisional. Ini akan menjadi kesempatan untuk melakukan eksplorasi perdagangan luar negeri.
-
Label Pro China-Rusia
Ada risiko ketika tergabung dalam BRICS, yakni mendapat label pro China-Rusia. Mungkin saja terjadi kerenggangan hubungan ekonomi investasi dengan negara Barat. Jadi, perlu pertimbangan cermat sebelum benar-benar bergabung dalam organisasi.
Akan lebih disarankan untuk mengusung politik bebas aktif. Sehingga tidak menghambat perdagangan dengan negara Barat. Apabila sungguh bergabung, Indonesia perlu mengambil posisi secara strategis dan memegang prinsip politik luar negeri bebas aktif. Sehingga tidak terlibat dalam urusan internal negara lain.
-
Perbedaan Pandangan Anggota
Jika Indonesia gabung BRICS, akan menghadapi perbedaan pandangan para anggota di dalamnya. Karena, anggotanya sering beradu kepentingan. Meskipun organisasi ini punya kesamaan berupa tingginya nilai ekonomi dan tingkat kesejahteraan pada level berkembang. Indonesia tetap perlu bersiap dengan perbedaan ideologi para anggota.
Misalnya saja antara India dan China yang sangat berbeda pandangan politik ekonominya. Rusia juga berbeda ideologi dengan China. Jadi, terdapat perbedaan yang saling berpengaruh dalam organisasi.
-
Suara bagi Negara Berkembang
Jika Indonesia gabung BRICS, bisa menjadi suara bagi negara berkembang. Hal ini dapat menjadi tantangan maupun kesulitan. Memberikan suara bagi negara berkembang tentu bukan hal mudah. Namun, suara ini dapat menjadi tandingan bagi negara maju yang telah menguasai perdagangan global.
Mengingat organisasi negara maju seperti G7 atau OECD memiliki perbedaan kepentingan dengan organisasi negara berkembang.Jadi, paling tidak Indonesia dapat memberikan suara terkait kepentingan negara berkembang sebagai penyeimbang organisasi negara maju. Bahkan juga bisa memberikan suara untuk Indonesia sendiri yang memiliki pasar dan ekonomi cukup besar.
Apabila bergabung dengan BRICS, ada sejumlah keuntungan dan kerugian yang akan didapatkan. Keuntungannya ialah memperluas perdagangan dan kerja sama. Sedangkan kerugian jika Indonesia gabung BRICS ialah geopolitik dengan Rusia.